Sunday, October 14, 2012

Full Time Weekend



jumat, sabtu, minggu. tiga hari yang diyakini sebagai weekend. hari yang dimulai dari hari jumat, awal mula biasanya orang-orang tersenyum gembira menyambut weekend. tiga hari yang diyakini bisa diumpamakan sebagai waktu untuk men-charge tenaga, pikiran, bahkan perasaan dalam satu minggu. itu makna umum dari weekend  versi saya.

ini sudah oktober, hampir genap 6 bulan, setengah tahun. selama itulah waktu yang terhitung dari berbagai cerita hidup yang sifatnya upside-down dari ditinggikan setinggi-tingginya sampai direndahkan serendah-rendahnya. dari tingkat ekspektasi berlebihan sampai akhirnya malas berekspektasi, alias legowo

minggu kedua oktober. weekend kedua di oktober. weekend ini penuh dengan "iya saya ikut saja ke mana angin berhembus, terlalu banyak menuntut kepala sampai meledak". hari jumat, lagi-lagi hari jumat yang baik, dengan niat mencari mata pencaharian, dan pagi-pagi pun diberi semangat oleh orang-orang yang disayang dari kejauhan dalam bentuk beberapa kalimat, apa kabar kalian di sana? 

lagi, hari jumat ini hari baik, saya tidak sendiri, ada kawan-kawan seperjuangan, bahkan sang tetua pun turut ikut menemani dan tidak lupa lele yang menyemangati apa pun cuacanya. 

masih dengan jumat hari baik, jangan lupa, jangan takabur, ingatlah selalu waspada dengan tindak tanduk, perkataan, yang berawal dari bercanda tapi berujung naik pitam. sayang, jumat hingga sabtu sore berakhir ledakan yang tidak terkira. sore itu, malam minggu, harusnya berakhir baik, tapi malah meledakkan bom yang seharusnya sudah jinak dari sejak makan siang. ya sudahlah, mungkin ada baiknya juga mengeluarkan unek-unek secara jelas, lesson number 1, speak out your heart, but don't hurt the other person. sebagaimana orang belajar, sore itu memang bodoh, gadis kecil ini masih bermain dengan kata hati tapi berujung murka. sorry, dear.

hey, malam minggu masih panjang. ada yang saya tetap pecayai sampai sekarang, setiap sakit ada obatnya. filosofi teman sejati yang ada di cuaca apa pun, mengerti hanya dari raut muka atau suara, itulah sang tetua. malam minggu masih berlanjut untuk selebrasi sang tetua dan abang-abang yang akhirnya lulus. tenang, dari sejak mei itu saya sudah bisa mengontrol, biarlah ada perang dingin, biarlah orang menerka-nerka, biarlah dia berkata, berpikir, atau berlaku apa, biarlah medan magnet ini tetap berlawanan, kalau pun Tuhan memang berencana seperti itu, saya berdoa saja. saya tahukarena tetua pecinta damai. meskipun di akhir malam terbersit sedikit "khawatir" yang dulu biasa saya tumbuhkan tapi malam itu saya kubur dalam-dalam, karena saya percayakan satu hal, sudah ada yang mengatur, saya hilangkan khawatir pun masih ada ratusan jiwa lainnya yang menjaga dia. semoga Tuhan mendengar.

weekend kali ini masih berlanjut sampai minggu, meskipun hanya berleyeh-leyeh di kamar sembari mencari lowongan mata pencaharian, mencari artikel travelling, atau menonton film serial komedi. hari minggu teduh, karena kamar selalu adem meskipun satu meter di depan garasi terik matahari tiada tandingannya. minggu pertanda akhir waktu men-charge baterai hidup. minggu yang setidaknya damai, karena ledakan bom sudah disapu dengan saling legowo, ditambah deretan kata penyemangat untuk senin pagi besok. kata yang bermula "semoga", "mudah-mudahan", seperti doa yang selalu diucapkan tiap hari.

semoga, senin dan seterusnya ada pecerahan, pembaharuan. amin. selamat malam.

maaf dan terima kasih lele :)




Now take it in but don’t look down

‘Cause I’m on top of the world, ‘ay
I’m on top of the world, ‘ay
Waiting on this for a while now
Paying my dues to the dirt

I’ve been waiting to smile, ‘ay
Been holding it in for a while, ‘ay
Take it with me if I can
Been dreaming of this since a child
I’m on top of the world.

Imagine  Dragons - On Top Of The World

No comments: