Thursday, March 1, 2012

sayap patah



tinggal menunggu waktu. waktu untuk semua yang ditunggu-tunggu sampai otak pun sudah mentok dan enggan untuk memikirkannya. ya, tunggu tanggal mainnya. tapi menunggu dengan rasa pincang ini bagai kehilangan satu penyangga. kehilangan satu kaki, jalan pun jadinya pincang. menunggu dengan hanya duduk terdiam lalu melihat semuanya barlalu-lalang dengan sibuknya, dan pada akhirnya menunggu ini adalah pilihan terakhir untuk dilakukan. apa daya, memang harus menunggu dan bersabar. menunggu yang tidak kunjung datang, dan menunggu karena patah kaki. hanya disayangkan, ada beberapa yang menghilang. hilang, belum sih, belum sepenuhnya menghilang, tapi sudah mulai memudar, sulit untuk digapai, dan hilang ini sebagian berarti untuk selamanya, mungkin.

ibarat seorang burung yang dengan mudahnya terbang kemana pun dia pergi. terbang dengan sayapnya yang lebar. seketika, ada hujan turus deras yang disertai badai petir. tangguh memang burung ini, mungkin agak sombong, bukannya berteduh malah terus terbang. ya, sudah takdir, petir pun mengenai salah satu sayapnya, jatuhlah si burung ini ke tanah. patah. sakit memang, sayapnya patah. sayang sekali, tidak ada yang menolong, hujan petir terlalu ganas. ya. terlalu deras dan berbahaya. apa mau dikata, hanya bisa menunggu dengan kesendirian, dengan sayap patahnya, dengan dinginnya hujan. hanya menunggu. menunggu dan menunggu.





Stop there and let me correct it
I wanna live a life from a new perspective
You come along because I love your face
And I'll admire your expensive taste

And who cares divine intervention
 I wanna be praised from a new perspective
But leaving now would be a good idea
So catch me up on getting out of here

Panic At The Disco - New Perspective

2 comments:

DAYEUH said...

kenapa ya aku selalu inget skripsi kalo baca postingan kamu, metafora2nya aku interpretasiin ke sana, ha-hah...

Hanna Fadhila said...

haha.. bisa aja day.. kamu kapan sidaang??